Friday, December 18, 2009

BINGKISAN RASA HATI NAN TUA


Hujan yang seketika tadi telah reda kini mulai melebat seakan-akan mengerti akan kesedihan yang terbuku dihati tua itu. Walaupun pada luarannya dia tampak riang gembira dengan senyuman yang dilemparkan namun jauh disudut hatinya, tiada siapa yang tahu akan segala rasa yang ditanggung oleh hati usangnya. Senyuman manis yang terukir dibibir tua itu tidak dapat menutup kemalapan sinar mata yang telah dimamah usia. Hujan yang melebat di luar sana bagaikan memberi gambaran mengenai himpitan rasa hati seorang tua yang memahami akan perpisahan yang bakal terjadi, mengerti akan kesunyian yang bakal mendatang setelah berjauhan dengan suara-suara lunak yang menghiasi kesunyian isi rumahnya setelah dia kehilangan suami tercinta, mengerti akan kehilangan hilai tawa keriangan yang sering bergema di pondok usangnya, dan mengerti akan kehilangan ranting nan satu tempat dia berpaut untuk mencari sisa kekuatan yang kini semakin layu dimamah usia nan senja. Wajah anak-anak kecil yang selama ini telah melakarkan seribu satu warna pada senyuman diwajah tua itu bakal pergi dan berjauhan dan jarak itulah yang membuatkan hati tuanya gusar. Dirinya yang semakin dimamah usia itu risau akan kehilangan segala warna-warni kehidupan yang selama ini menceriakan hari-hari terakhirnya, bimbang akan kehilangan hilai, tawa dan tangis mereka buat selama-selamanya. Dirinya bimbang usia yang semakin meningkat ini tidak akan membenarkannya menunggu kepulangan cahaya yang menerangi segenap ruang hatinya. 4 tahun, andainya dirinya masih remaja, jangka masa itu tidaklah terlalu lama namun bagi dirinya yang sudah berada dihujung garisan senja, 4 tahun itu dirasakan seperti selamanya. Mata bundarnya memandang sayu satu per satu wajah kecil yang selama ini telah menghiasi isi rumahnya, si cilik yang senantiasa mengubati hatinya dikala sunyi bertandang. Satu per satu wajah kecil itu dipandang disaat mereka melangkah menjauh sambil tangan mereka lambaikan sebagai isyarat bahawa perpisahan kian mendekat dan semakin menghampiri dengan setiap langkah yang diatur. Titisan-titisan jernih mulai kelihatan, menodai wajah yang dihiasi seribu satu kedutan. Dan kini, setelah bayang-bayang mereka menghilang, yakinlah dirinya bahawa perpisahan telahpun menjengahnya.


p/s: based on a true story

No comments: